cara bahasa Ramadhan terambil dari kata yang bermakna membakar atau memupus dan mengasah. Bila kita tarik sebuah hikmah dari kosa kata tersebut maka Ramadhan harus kita gunakan sebagai wahana dan media untuk membakar sifat-sifat buruk kita. Watak dan sifat yang membawa kita jauh dari Allah harus kita bakar karena semuanya tidak berguna.
Sudut pandang lain, Ramadhan itu adalah tempat pembakaran untuk memisahkan mana buih dan mana bijih asli. Bagaikan bijih emas yang masih bercampur dengan lumpur serta unsur-insur lain. Untuk membersihkannya adalah dengan cara membakarnya.
Dalam bahasa Indonesia sehari-hari pelatihan atau training yang dilakukan untuk membekali skill tertentu pada pesertanya sering disebut ‘menggodog’ supaya matang artinya mahir. Maka dengan ini Ramadhan itu bagaikan madrasah pendidikan yang mematang nafsu agar menjadi dewasa.
Maka dari sini bertemulah konsep ‘membakar’ dengan konsep tarbiyah atau pendidikan. Maka saat Ramadhan tiba manusia beriman harus mawas diri dan berusaha mendidik dirinya pada suasana yang kondusif tadi. Hal itu karena Ramadhan itu hanyalah fasilitas yang mewah yang harus digunakan sebaik-baiknya. Bila fasilitas mewah itu tidak digunakan atau bahkan dianggap mengganggu kesenangan maka ia tidak akan mendapatkan manfaat sedikitpun dari Ramadhan itu.
Secara fakta menyebutkan bahwa orang yang disekolahkan di sebuah sekolah mewah dengan fasilitas internasional kalau ia tidak mampu mengontrol dirinya maka fasilitas mewah itu akan terasa seperti di penjara atau bahkan bagaikan neraka. Maka iman yang kuat akan mamapu melewati pembakaran Ramadhan dan keluar dengan ijazah muttaqin.
Kemudia Arti kata Ramadhan juga adalah ‘mengasah dan mengasuh’. Kalau mengasuh seperti tadi penjelasannya. Nah kalau ‘mengasah’ artinya mengoptimalkan potensi yang ada. Dalam artian menggunakan semaksimal mungkin kenikmatan yang ada untuk sebesar besarnya keuntungan kita. Dan keuntungan manusia itu saat ia dekat dengan Allah. Dan ia tidak akan bisa dekat dengan-Nya sebelum ia berusaha mendekati Allah yang Maha Dekat dengan melaksanakan amal ibadah. Ia berharap rahmat dengan terus berbuat baik.
Selaras dengan penjelasan di atas, orang yang mau berusaha terus mengasah kemampuan pemberian Allah itu akan mendapatkan Ramadhan sebagai fasilitas mewah yang merupakan anugerah itu sendiri. Ia terus menjaga iman dan menguatkannya, ia hiasi dirinya dengan akhlaq dan budi pekerti yang mulia, ia mengejar ilmu yang ketinggalan, Dan ia selalu tambah kebaikannya kepada sesamanya.
Sudut pandang lain, Ramadhan itu adalah tempat pembakaran untuk memisahkan mana buih dan mana bijih asli. Bagaikan bijih emas yang masih bercampur dengan lumpur serta unsur-insur lain. Untuk membersihkannya adalah dengan cara membakarnya.
Dalam bahasa Indonesia sehari-hari pelatihan atau training yang dilakukan untuk membekali skill tertentu pada pesertanya sering disebut ‘menggodog’ supaya matang artinya mahir. Maka dengan ini Ramadhan itu bagaikan madrasah pendidikan yang mematang nafsu agar menjadi dewasa.
Maka dari sini bertemulah konsep ‘membakar’ dengan konsep tarbiyah atau pendidikan. Maka saat Ramadhan tiba manusia beriman harus mawas diri dan berusaha mendidik dirinya pada suasana yang kondusif tadi. Hal itu karena Ramadhan itu hanyalah fasilitas yang mewah yang harus digunakan sebaik-baiknya. Bila fasilitas mewah itu tidak digunakan atau bahkan dianggap mengganggu kesenangan maka ia tidak akan mendapatkan manfaat sedikitpun dari Ramadhan itu.
Secara fakta menyebutkan bahwa orang yang disekolahkan di sebuah sekolah mewah dengan fasilitas internasional kalau ia tidak mampu mengontrol dirinya maka fasilitas mewah itu akan terasa seperti di penjara atau bahkan bagaikan neraka. Maka iman yang kuat akan mamapu melewati pembakaran Ramadhan dan keluar dengan ijazah muttaqin.
Kemudia Arti kata Ramadhan juga adalah ‘mengasah dan mengasuh’. Kalau mengasuh seperti tadi penjelasannya. Nah kalau ‘mengasah’ artinya mengoptimalkan potensi yang ada. Dalam artian menggunakan semaksimal mungkin kenikmatan yang ada untuk sebesar besarnya keuntungan kita. Dan keuntungan manusia itu saat ia dekat dengan Allah. Dan ia tidak akan bisa dekat dengan-Nya sebelum ia berusaha mendekati Allah yang Maha Dekat dengan melaksanakan amal ibadah. Ia berharap rahmat dengan terus berbuat baik.
Selaras dengan penjelasan di atas, orang yang mau berusaha terus mengasah kemampuan pemberian Allah itu akan mendapatkan Ramadhan sebagai fasilitas mewah yang merupakan anugerah itu sendiri. Ia terus menjaga iman dan menguatkannya, ia hiasi dirinya dengan akhlaq dan budi pekerti yang mulia, ia mengejar ilmu yang ketinggalan, Dan ia selalu tambah kebaikannya kepada sesamanya.